Pengertian Batubara
Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).
Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.
Dua tahap penting pada proses pembentukan batubara adalah adalah Peatification dan Coalification. Dua tahap ini merupakan hasil dari suatu proses yang berurutan terhadap bahan dasar yang sama (tumbuhan)
1. Penggambutan (Peatification)
Gambut merupakan batuan sedimen organik (tidak padat) yang dapat terbakar dan berasal dari sisa-sisa hancuran atau bagian tumbuhan yang tumbang dan mati di permukaan tanah, pada umumnya akan mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya.
2. Pembatubaraan (Coalification)
Perkembangan gambut menjadi lignit, sub-bituminuous, bitominous, antracite. Proses coalification terutama dikontrol oleh kenaikan temperatur, tekanan dan waktu. Pengaruh temperatur dan tekanan dipercaya sebagai faktor yang sangat dominan.
Tahap Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
1. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
2. Tahap Metagenesis atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
A. Berdasarkan Endapan
1. Teori In Situ/ Autochtonous
Teori
ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. (belum mengalami proses
transportasi)
2. Teori Drift / Allochtonous
Teori
ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuk ditempat
yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi
disuatu tempat, segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.
•
Daerah air terbuka dengan tumbuhan air
•
Rawa ilalang terbuka
• Rawa hutan
• Rawa lumut
Tempat pembentukan batubara berdasarkan jenis tumbuhan pembentuk, yaitu :
-BOG,
yaitu sebagai lokasi rawa yang banyak ditumbuhi oleh tanaman lumut atau tanaman
merambat.
-FEN,
yaitu lokasi rawa yang kaya akan tumbuhan perdu dan beberapa jenis pohon
lainnya. Umumnya terletak pada lingkungan yang ombrogenic yaitu transisi antara
daerah yang selalu melimpah kandungan air dengan daerah yang terkadang kering.
-MARSH,
yaitu rawa yang didominasi oleh tumbuhan perdu atau tanaman merambat yang
sering terdapat di sekitar pinggir danau atau laut.
-SWAMP,
yaitu daerah basah pada iklim tropis hingga dingin yang tumbuh rawa yang
didominasi tanaman berkayu.
1. Posisi Geoteknik berpengaruh pada pembentukan cekungan batubara yang dikontrol oleh gaya-gaya tektonik lempeng.
2. Topografi berpengaruh terbatas pada iklim dan morfologi dari cekungan batubara sehingga menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara terbentuk.
3. Iklim pada pertumbuhan flora pembentuk batubara.
4. Penurunan cekungan akan berpengaruh pada ketebalan lapisan batubara yang terendapkan didalamnya.
5. Umur Geologi disini berpengaruh pada kualitas terbentuknya batubara.
6. Tumbuhan tentu sangat berpengaruh pada pembentukan batubara karena memang batubara terbentuk oleh akumulasi sisa tumbuh – tumbuhan yang tertimbun dalam sedimen. Kualitas tumbuhan akan berpengaruh terhadap kualitas batubara yang terbentuk.
7. Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik dan merupakan titik awal untuk kompaksi menjadi batubara.
8. Metamorfosa Organik Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru. Proses ini lebih didominasi oleh proses dinamokimia yang menyebabkan perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Proses metemorfosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik, dan optiknya.
Horse Back. Dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupinya melengkung kearah atas akibat gaya kompresi.
Burried Hill. Terjadi apabila didaerah dimana batubara semula terbentuk, terdapat akumulasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”.
Endapan Batubara Karena Sesar. Bentuk ini terjadi
apabila didaerah dimana deposit batubara mengelami seri patahan
Endapan Batubara Karena Sesar. Bentuk ini terjadi
apabila didaerah dimana deposit batubara mengalami perlipatan
Peringkat (Rank) Batubara
Endapan Batubara di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar